SOLOPOS.COM - Aritmia merupakan penyakit jantung dengan risiko kematian yang tinggi.(Ilustrasi/Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Penyakit jantung masih menjadi salah satu momok terbesar bagi masyarat Indonesia.

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2021, sepanjang tahun 2021 saja, kasus penyakit jantung merupakan penyakit terbanyak dalam layanan Jaminan Kesehatan Nasional, dengan jumlah kasus mencapai hampir 13 juta kasus.

Promosi Chatbot BRI Sabrina Raih Best in Personalization di Strategy Mata Lokal Award

Masih ingatkah kasus kematian mendadak pemain sepak bola di atas lapangan? Atau beberapa public figure yang mengalami kematian mendadak pada saat tidur?

Aritmia merupakan penyakit jantung dengan risiko kematian yang tinggi, namun, masih jarang terdengar di masyarakat. Komplikasi dari gangguan irama jantung antara lain stroke, gagal jantung, maupun henti jantung mendadak.

Apa itu aritmia jantung?

Aritmia jantung merupakan penyakit dimana detak jantung yang diatur oleh sistem kelistrikan jantung mengalami masalah, dapat berupa detak jantung yang terlalu cepat, terlalu pelan, atau iramanya menjadi tidak teratur.

Gangguan tersebut dapat menurunkan kemampuan jantung untuk memompa darah secara efektif dan mengakibatkan kerusakan organ vital lainnya. Aritmia jantung secara garis besar terbagi menjadi 2 jenis, yaitu bradiaritmia (kondisi dimana detak jantung menjadi terlalu pelan) dan takiaritmia (kondisi dimana detak jantung menjadi terlalu cepat).

Beberapa studi mengungkapkan bahwa abnormalitas irama jantung diperkirakan mencapai 1,5%-5% dari populasi umum dengan atrial fibrilasi menjadi jenis terbanyak dan meningkat seiring dengan bertambahnya usia, serta lebih banyak terjadi pada laki-laki.

Apa penyebab aritmia jantung?

Kondisi ini dapat dipicu oleh berbagai faktor, baik secara langsung maupun tidak langsung, antara lain usia, faktor genetik, gangguan keseimbangan elektrolit, kadar keasaman darah, penyakit jantung bawaan, serangan jantung, peradangan otot jantung, penyakit katup jantung, atau kondisi lain yang belum dapat dijelaskan secara medis.

Apa gejala dari aritmia jantung?

Berdebar, pingsan, dan hampir pingsan, merupakan gejala tersering dari penyakit ini. Gejala lain dapat sangat bervariasi, seperti rasa melayang, pusing berputar, lemas, sesak nafas, penurunan kesadaran, rasa detak jantung yang tidak teratur atau bahkan terasa berhenti sesaat. Namun, gangguan irama jantung juga bisa tidak bergejala dan hanya ditemukan secara kebetulan (incidental finding).

Apa yang sebaiknya dilakukan jika merasakan gejala seperti gejala aritmia jantung?

Diagnosis aritmia jantung dapat ditegakkan dengan perekaman irama jantung, sehingga jika memang didapatkan gejala, dapat segera diperiksakan ke fasilitas kesehatan yang memiliki alat perekaman irama jantung 24 jam. Diagnosis aritmia secara pasti dapat ditegakkan melalui studi kelistrikan jantung (elektrofisiologi) oleh dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, subspesialis aritmia.

Apakah saya bisa melakukan deteksi dini aritmia jantung secara mandiri?

Walaupun pada umumnya deteksi aritmia jantung membutuhkan beberapa peralatan khusus, namun terdapat cara sederhana yang dapat dilakukan masyarakat untuk melakukan deteksi dini aritmia jantung, yakni “Menari”.

Menari di sini bukanlah menari yang umumnya kita lakukan saat berpesta, namun Menari adalah meraba nadi sendiri.
Cara ini dlakukan dengan 5 langkah sederhana. Pertama genggam pergelangan tangan anda, kemudian rabalah dengan jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis tonjolan tulang di bagian bawah pangkal ibu jari.

Jika sudah teraba, geser sedikit ke arah tengah pergelangan dan rasakan denyutan, lalu hitung jumlah denyutan dalam 30 detik. Jika denyutan yang dirasakan terasa tidak teratur atau jumlah denyutannya di atas 50 kali atau di bawah 30 kali, maka dapat dicurigai adanya aritmia jantung dan sebaiknya segera diperiksakan.

Bagaimana penanganan aritmia jantung?

Penanganan aritmia jantung sangat bergantung pada jenis aritmia yang ditemukan. Pada tahap awal, dilakukan proses diagnostik menggunakan berbagai pemeriksaan penunjang, seperti dilakukan perekaman elektrokardiografi sewaktu dan Holter ECG.

Studi elektrofisiologi dilakukan sebagai standar baku untuk mendapatkan diagnosis pasti. Apabila aritmia yang menjadi masalah telah ditemukan, maka penanganan yang sesuai dapat ditentukan. Sebagai contoh, pemasangan alat pacu jantung (baik yang bersifat permanen maupun sementara) pada kasus bradiaritmia atau ablasi jantung pada kasus takiaritmia.

Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran di bidang kelistrikan jantung, maka penegakan diagnosis dan penanganan kasus aritmia jantung pun semakin maju. Namun, dikarenakan gejalanya yang sangat bervariasi, dan tidak jarang justru tidak bergejala, maka diperlukan peningkatan kesadaran masyarakat mengenai aritmia jantung ini, sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya komplikasi akibat aritmia tersebut.

Artikel ini ditulis oleh dr. Irnizarifka, Sp.JP, SubSp.Ar(K), FIHA, FAPSC, FAsCC, FHFA (dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, subspesialis aritmia RS UNS) dan dr. Titus Haryanto Chau

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya